Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget


Jaga Akidah dari Enam Penyakit, Pengajian Ahad Kliwon PRA Malahayu Berlangsung Khidmat di Tengah Hujan

 

BANJARHARJO — Pengajian rutin Ahad Kliwon yang diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah (PRA) Malahayu pada 16 November 2025 berlangsung khidmat dan penuh antusiasme, meskipun hujan mengguyur lokasi acara. Kegiatan yang berpusat di Saung Balong, milik warga Muhammadiyah setempat bernama Mang Aep, berhasil menyatukan warga dan simpatisan Muhammadiyah dari Ranting Banjarharjo dan Ranting Malahayu dalam suasana kebersamaan yang hangat.


Acara pengajian kali ini menghadirkan tausiah dari salah satu tokoh penting di Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Brebes, yaitu Ustadz H. Mochammad Thoha, S.K.M., M.M., yang menjabat sebagai Wakil Ketua PDM Brebes. Dalam kesempatan tersebut, Ustadz Thoha menyampaikan materi yang sangat fundamental mengenai “Penyakit-Penyakit Akidah” sebagai pondasi utama dalam beragama.


Ustadz Thoha mengawali tausiahnya dengan menegaskan bahwa ajaran pokok Al-Islam bersandar pada trilogi: Iman, Islam, dan Ihsan, yang membuahkan ajaran akidah, syariat (ibadah), dan akhlak. Dari ketiganya, aspek iman (akidah atau tauhid) adalah dasar dan pondasi dari seluruh bangunan agama.


“Jika akidah seseorang kuat, niscaya akan kokoh pula bangunan agama yang berdiri di atasnya,” ujar Ustadz Thoha dalam paparannya.


Ia mengutip firman Allah SWT dalam QS. Ibrahim ayat 24–25, di mana kalimat yang baik (kalimat tauhid) diumpamakan sebagai pohon yang akarnya kuat dan cabangnya menjulang ke langit, selalu memberikan buah. Menurut Ustadz Thoha, hal ini menyiratkan pentingnya tauhid yang tertanam kuat untuk membuahkan kesalehan.


Lebih lanjut, Wakil Ketua PDM Brebes itu menjabarkan enam penyakit akidah yang harus dijauhi oleh seorang Muslim. Menurut Ustadz Thoha, salah satu kunci untuk menjaga kebersihan ruhani adalah dengan menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat merusak kemurnian akidah.


Pertama dan yang paling fatal adalah syirik. Ini merupakan dosa terbesar dan bentuk kezhaliman terburuk karena menjadikan sekutu bagi Allah. Ustadz Thoha dengan tegas menyampaikan bahwa mereka yang membawa mati dosa syirik dan tidak bertaubat, maka tidak akan diampuni oleh Allah. Dalam kutipan tidak langsung, ia juga mengingatkan bahwa perbuatan syirik, baik jali (terang-terangan) maupun khofi (tersamar), dapat menghapus pahala amal kebaikan yang telah dilakukan.


Kedua, takhayul, yakni mempercayai hal-hal klenik yang tidak berdasar. Takhayul ini, kata Ustadz Thoha, sering berujung pada pengagungan benda mati yang diyakini membawa keberuntungan atau menolak bala, seperti fenomena spirit doll di kalangan tertentu. Dalam penjelasannya, ia juga mengutip keterangan dari Imam al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya mengenai bagaimana jin dapat merasuki benda mati untuk menyesatkan manusia.


Ketiga, khurafat. Ustadz Thoha menjelaskan bahwa khurafat mirip dengan takhayul namun lebih terkait dengan mitos atau legenda yang telah lama berakar di masyarakat, seperti mitos gerhana matahari. “Sisi yang bertentangan dengan akidah adalah karena ia bisa menafikan apa yang disebut konsep sunnatullah,” jelasnya.


Penyakit akidah keempat adalah tathayyur, atau mengaitkan sesuatu dengan hal yang tidak berhubungan secara logis namun diyakini menjadi sebab nasib tertentu, seperti mengaitkan kedutan mata dengan rezeki atau hari pasaran untuk menentukan kecocokan.


Sementara itu, sihir menjadi penyakit kelima, yang hakikatnya adalah kerja sama antara manusia dan jin jahat (setan). Ustadz Thoha memperingatkan, “Setan adalah musuh nyata bagi kita, maka jadikanlah ia sebagai musuh,” sambil mengutip QS. Fathir ayat 6.


Terakhir, ramalan klenik menjadi penyakit akidah keenam. Menurutnya, manusia tidak mengetahui apa yang akan terjadi di masa mendatang, sebagaimana ditegaskan dalam QS. Luqman ayat 34. Ustadz Thoha menutup dengan menggarisbawahi sabda Nabi: “Barangsiapa yang mendatangi dukun atau peramal kemudian ia membenarkan apa yang dikatakannya, maka sungguh ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.”


Antusiasme warga yang tetap bertahan hingga akhir acara meskipun kondisi cuaca kurang mendukung menunjukkan komitmen kuat Ranting Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah di Banjarharjo dan Malahayu dalam menjaga kemurnian akidah umat.

(Penulis Abdul Rasyid PCM Banjarharjo )

Post a Comment

0 Comments